Selasa, 05 Agustus 2008

Filsafat NEWS


Filsafat Ilmu Dalam Perspektif

Perkembangan Teknologi Industri

By :Mugiono Bin Abdul Kahar

PENDAHULUAN

a) Latar Belakang

Berhadapan dengan teknologi tampakanya kita berada dalam dilemma, teknologi kelihatannya mengobrak-abrik kebudayaan tradisional, termasuk nilai-nilai dan tradisi-tradisi moralnya, tetapi dilain pihak, kita dapat hidup tanpa teknologi.

Kita dapat hidup tanpa teknologi, pertama, karena tanpa teknologi modern, bahkan yang paling modern, kita tidak menjamin pemenuhan kebutuhan dasar seluruh masyarakat. Kedua, karena teknologi ; bagaimana pun juga, tidak dapat ditolak. Kemenangan budaya. Berdasarkan teknologi sudah tidak dapat digagalkan lagi maka, bangsa Indonesia pun punya alternatif lain yang sepenuhnya masuk kealam teknologi, harus mempelajari dan menguasainya, harus memanfaatkan dalam semua bidang kehidupan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Tetapi teknologi juga berarti bahwa orang kecil yang tidak tertampung sebagai tenaga kerja dalam satu usaha produktif atau pelayanan produktif atau pelayanan modern akan kehilangan kehidapnnya, terancam terlempar kedalam kemiskinan, rusak hubungan-hubungan sosialnya, menjadi orang marginal yang tidak lagi mengusai hidup sendiri. Itu dapat disebut dehumanisasai. Sekaligus kebudayaan yang melahirkan teknologi modern juga melahirkan moralitas baru yang sering, sekurang-kurangnya kalau diihat dari sudut pandang moralitas tradisional, lebih tepatnya disebut demoralisasi.

Maka, kiranya tepat kalau teknologi-teknologi dengan segala implikasinya juga dilihat dari sudut pandang filsafat menjadi perspektif dalam paradigma perkembangan teknologi, terutama bidang Industri. Sehingga makalah ini berjudul “ Filsafat Ilmu Dalam Perspektif Perkembangan Teknologi Industri ” yang secara eksplisit menjabarkan tentang perspektif teknologi Industri.

b) Rumusan Masalah

Paradigma dari perkembangan teknologi Industri merupakan hal yang tak mudah dalam mencari falsafahnya, apalagi dari waktu-kewaktu kelebihan dan kekurangan dengan datangannya teknologi bisa mempunyai problematika yang sering membuat kebaikan sdan kebuukan bagi umat manusia, kendala-kendala yang muncul diantaranya yaitu :

  1. Bagaimana sejarah filsafat ilmu dengan teknlogi Industri?
  2. Bagaimana Karakter berpikir filsafat yang akhirnya menemukan sebuah teknologi?
  3. Apa sajakah langkah-langkah yang diperlukan dalam berfikir filsafat ilmu ?
  4. Apa hubungan filsafat ilmu dengan teknologi?
  5. Adakah tipe-tipe penemuan yang memungkinkan perkembangan teknologi Industri ?
  6. Apa yang membedakan kaitan antara teknologi denagan masalah modernisasai dimana teknologi menjadi bagiannya ?
  7. Apa sajakah pengaruh positif dan Negatif dengan ada filsafat ilmu dalam teknologi Industri ?

B. SEJARAH FILSAFAT ILMU DENGAN TEKNLOGI INDUSTRI

Sejak abad Renaissance di Eropa bermula dengan penemuan mesin uap oleh James Watt, maka sebenarnya disitulah babak baru pengetahuan dimulai. Babak baru pengetahuan itu ditandai dengan perkembangan pesat dunia teknologi yang diperoleh dari hasil riset para ilmuan-ilmuan barat dibidang teknologi. Pada kondisi demikian ini, teknologi berbalik mempengaruhi perubahan pula pada desain pengetahuan. Hal ini dikarenakan adanya satu teknologi menuntut adanya teknologi penyerta lain yang harus dijawab oleh ilmuwan-ilmuwan sciense. Sejak saat itu pulalah pola pikir manusia telah terkondisikan bak sebuah mesin (mekanik).

Jikalau ditelisik lebih jauh sebearnya kemapanan teknologi sebagai hal utama dalam kehidupan ini telah mempengruhi konsep pola pikir manusia dalam dimensi sosialnya, bahkan kini manusi tidak lagi bisa dilepaskan dengan teknologi. Hal ini dapat kita lihat pada konsep pengetahuan yang tercermin dalam paradigma Positivistik, adalah pengetahuan dikembangkan melalui mekanisme mesin yang direduksi dalam bagian-bagian (komponen-komponennya) yang tersusun secara mekanik.

Dari uraian itu sekilas kita dapat melihat, bahwa betapa besarnya pengaruh teknologi dalam kehidupan social dan perkembangan pengetahuan, bahkan telah mengalihkan manusia dari paradigma holistika world view menjadi mekanika world view. Oleh karena itu diskusi tentang pengetahuan dalam arus teknologi ini tentu akan sangat menarik. Dalam pada itu makalah ini akan berupaya menyajikan pesinggungan pengetahuan dan teknologi, bahkan peralihannya dalam aras kekuasaan, namun sebelumnya akan kita lihat bagaimana pengetahuan bermula hingga hadirnya sebuah teknologi.

Filsafat dan ilmu pengetahuan.

Istilah filsafat mulai dikenal pada zaman Yunani kuno, berasal dari kata philo yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebenaran. Jadi orang yang mempelajari filsafat adalah orang yang cinta kebenaran. Untuk mencapai kebenaran seseorang harus mempunyai pengetahuan. Sese-orang yang mengetahui sesuatu, dapat dikatakan telah mencapai kebenaran tentang sesuatu tersebut menurut dirinya sendiri, meskipun apa yang dianggapnya benar itu belum tentu benar menurut orang lain.

Pengetahuan tidak sama dengan ilmu, karena ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Seseorang yang mengetahui cara memainkan berbagai alat musik atau cara menggunakan berbagai alat untuk melukis, tidak dapat dikatakan memiliki ilmu bermain musik atau ilmu melukis. Oleh karena bermain musik dan melukis bukanlah ilmu melainkan seni. Demikian pula orang yang memiliki pengetahuan tentang adanya kebangkitan/kehidupan setelah kematian, tidak dapat dikatakan memiliki ilmu tentang kehidupan setelah kematian, oleh karena hal tersebut telah berada di luar batas pengalaman manusia dan hal demikian itu telah menjadi urusan agama.

Filsafat adalah dasar pijakan ilmu. Berbagai disiplin ilmu yang berkembang dewasa ini, pada mulanya adalah filsafat. Ilmu fisika berasal dari filsafat alam (natural philosophy) dan ilmu ekonomi pada mulanya bernama filsafat moral (moral philosophy). Durant (1933) mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang bertugas merebut pantai, untuk mendaratkan pasukan infanteri. Pasukan infanteri adalah pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Imulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan filsafat menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.

Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu, terdapat taraf peralihan. Dalam taraf peralihan ini ruang kajian filsafat menjadi lebih sempit dan sektoral. Pada masa transisi ini ilmu tidak mempermasalahkan lagi unsur etika secara keseluruhan, namun terbatas pada unsur-unsur praktis guna memenuhi hajat hidup manusia. Meskipun demikian secara konseptual, ilmu masih menyandarkan dirinya pada norma filsafat.

Pada tahap perkembangan lebih lanjut, ilmu menyatakan dirinya bebas dari filsafat dan berkembang berdasarkan penemuan ilmiah, sesuai dengan tabiat alam apa adanya. Pada tahap ini perkembangan ilmu tidak lagi berdasarkan metode normatif dan deduktif, tetapi menggunakan kombinasi dari metode deduktif dan induktif, yang dihubungkan oleh pengujian hipotesis, yang dikenal sebagai metode logico-hypothetico-verificative.

Auguste Comte (1798 – 1857) membagi perkembangan pengetahuan ke dalam 3 tahap, yaitu : tahap religius, metafisik dan positif. Pada tahap pertama postulat ilmiah menggunakan azas religi, sehingga ilmu merupakan penjabaran (deduksi) dari ajaran agama. Pada tahap kedua postulat ilmiah didasarkan pada azas metafisika, yaitu keraguan mengenai eksistenis obyek yang ditelaah. Pada tahap ketiga perkembangan ilmu, dilakukan pengujian positif terhadap semua yang digunakan dalam proses verifikasi yang obyektif.

Menurut Jujun S.Suriasumatri, ilmu merupakan perkumpulan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan lainnya. Sedangkan falasafah mempelajari masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil pengkajiannya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu.( Jujun S.Suriasumatri, 1987 : 4-5).

Timbulnya Ilmu dalam Industri

Akar industri yang dihubungkan dengan ilmudan Industri teknologi tinggi dewasaini, dapat ditelusuri kembali ke zaman Renaissance, khususnya ke zaman filsafat Fancis Bacon yang berorientasikan praktek dan metode Galileo yang eksperiemental. Inovasi-inovasi teknologis yang prinsipaol pada awala revolusi Industri (kurang lebih tahun 1760). Ciri-ciri revolusioner yang sesungguhnya dari penemua-penemuan dan penyempurnaan-penyempurnaan ini terletak dalam kenyataan bahwa semuanya ini disesain pertama-pertama bukan untuk segelintir orang yang diistimewakan, melainkan untuk dipakai setiap hari oleh orang-orang kebanyakan (tentu saja tanpa mengabaikan faktor keberuntungan.

Proses industrial tejadi mula-mula di Inggris dan diawali dengan sektor per-tekstil kapas. Bahan bakunya (kapas) pada waktu itu dapat di import dengan harga murh dari perkebunan-perkebunan Amerika Serikat. Selain iu juga ada poses pemintalan dan pewarnaan yang bersifat mekanis, proses inilah yang melibatkan para ilmuwan dengan pengetahuan-pengetahuan teoritisnya yang khusus. Sepintas nampak sukses yang luar biaa ini adalh akibat dari mesin industri Jerman yang bermotifkan ekonomi dan terorganisasai denagn sangat baik. Mendekati akhir abad 19, contoh-contoh industri listrik dan kimia tidak lagi merupakan perkecualia. Pada masa yang akan datang ilmu akan menjadi partner yang mutlak diperlukan Industri dan siapa saja yang gagal mempergunakan situasi baru ini secara taktis dan strategi akan membayarbya sabgat mahal dalam dunia komersil yang semakin bersaing (Pranjoto Setjiatmodjo,1988 : 85-87).

C. KARAKTER BERPIKIR FILSAFAT YANG MENGHASILKAN PENEMUAN TEKNOLOGI

Filsafat dapat dirumuskan secara sangat umum sebagai upaya untuk mempelajari dan mengungkapkan pengembaraaan manusia didunianya menuju akhirat secara mendasar. Filsafat dapat diberi batasan sebagai upaya dimana obyek materialnya, yakni manusia didunia yang mengembara menuju akhirat, dipelajari menurut sebab musabab pertama. Begitulah pengertian filasafat sebagai keseluruhan, yang tidak sulit bagi kita untuk membedakan bagian yang satu dengan bagian yang lainnya namun begitu tak berarti bahwa perbedaan tersebut merupakan suatu pemisahan.

Jika filsafat ditempatkan pada konteks orang beriman, maka kata akhirat tidak sulit digantikan dengan kata Tuhan. Dengan cara yang sama, tampilah cabang –cabang filsafat lainnya, yaitu filsafat manusia dan filsafat alam. Ketiga filsafat tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya karena manusia, alam dan ketuhanan disoroti menurut sebab musabab terakhir yang selalu meliputi ketiga cabang tersebut.

Menurut Jujun S. Suriasumantri ( 1998 ) : Karakter berpikir filsafat adalah :

1. sifat menyeluruh artinya seorang ilmuwan tidak puas hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri, tetapi pada hakekatnya dia melihat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Sebagai contoh dia ingin mengetahui bagaimana kaitan ilmu dengan moral dan kaitan ilmu dengan agama. Dan dia ingin juga meyakini apakah ilmu itu sendiri dapat memberikan kebahagian terhadap dirinya sendiri.

2. sifat mendasar artinya dia tidak lagi percaya bahwa ilmu itu benar ? lalu benar itu sendiri itu apa ?Artinya dalam pengetahuan secara menyeluruh bahwa kita tidak yakin terhadap titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Dalam hal ini kita hanya berspekulasi dan

3. Sifatnya spekulatif . Dengan demikian pengetahuan yang sekarang dimulai dengan spekulasi, sehingga dapat membuahkan pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan ilmu pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria tentang apa yang disebut benar, maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang diatas kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik atau buruk, maka kita tidak mungkin berbicara tentang moral.

Ilmu pengetahuan dicirikan sebagai usaha mengumpulkan hasil pengetahuan secara teratur dan sistematis, berkat adanya refleksi. Pengungkapan hasil tersebut terjadi dalam macam – macam model, yang dapat digolongkan menjadi dua model dasar, yaitu model oposteriori dan model apriori. Model apriori sudah dirintis oleh Plato, sedangkan Aristoteles mengutarakan suatu model ilmu dimana sebagai hasil pemeriksaan oposteriori diperoleh dari suatu pengetahuan melalui sebab musabab, yang paham apriorinya menjadi ciri khas ilmu.

Ilmu pengetahuan mempunyai kekhususan dibandingkan dengan pengetahuan pada umumnya, kita bertitik pangkal pada gejala kesadaran akan pengetahuan itu sendiri secara tersirat. Apabila unsur tersirat tersebut diucapkan menjadi tersurat, maka terjadilah apa yang disebut refleksi. Berkat refleksi, pengetahuan yang semula langsung dan spontan memang kehilangan kelangsungan dan kespontanitasannya, tetapi serentak pengetahuan itu mulai cocok untuk diatur scara sistimatis sedemikian rupa sehingga isinya dapat dipertanggung jawabkan. Itulah kiranya yang terjadi dalam pembentukan ilmu pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang ada, yang dikumpulkan lalu diatur dan disusun.

D. LANGKAH-LANGKAH YANG DIPERLUKAN DALAM BERFIKIR FILSAFAT ILMU

Bagi bacon sains itu seakan-akan seperti kegiatan mengumpilkan pengetahuan objektif proses induksi lewat pengamatan disebut metode ilmiah yang menjelaskan langkah-langkah yang diperlukan untuk menemukan pengetahuan yang menunjan penemuan-penemuan baru teknologi.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam berfikir filsafat yaitu :

  1. Mangamati dan mengobservasi. Dalam proses ini orang mengamati sesuatu kejadian peristiwa yang terjadi, lalu mencatat data-dat dan pattern yang muncul dari peristiwa tersebut.
  2. Membuat pernyataan umum hipotesis. Adri pattern yang ada dibuat suatu keterangan umum, mengenai hal itu terjadi, inilah suatu hipotesis awal.
  3. Mengetes kebenaran hipotesis. Hipotesis awal di tes dalam kejadia-kejadian lain yang serupa ataupun di tes dalam suatu laboraturium.
  4. Menggunkan hipotesis yang telah dites ini digunakan penyelidikan lebih lanjut. Hipotesis yang telah dites ini digunkan penyelidikan lebih lanjut untuk semakin menjajaki keberlakuan hipotesis tersebut.
  5. Hipotesis yang semakin menjajaki berlaku umum dan dapat dijelaskan banyak peristiwa. Atu dengan kejadian yang serumpun, akhirnya diangkat menjadi suatu hukum. Langkah terakhir inilah yang merumuskan suatu Pengetahuan Ilmiah.(Dr. Paul Suparno, 1997 : 13-14)

E. HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DENGAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI

1. Definisi Filsafat Ilmu

untuk mengetahui hubungan antara filsafat ilmu dengan teknologi Industri terlebih dahulu kita mengetahui lebih dahulu pengertian atau definisi dari keduanya. Secara estimologi kita mempelajari asala mula, sumber, manfaat dan sahihnya pengetahuan secara sederhana disebut juga bagaimana cara mempelajari, mengembangkan dan memanfaatkan ilmu bagi kemaslahatan manusia.

Filasafat dari segi epistomologi istilah “filsafat“ dalam bahasa Indonesia memilki padanan kata philosphia (latin), philosophy (Inggris), philosophie (Jerman, Belanda, Perancis) falsafah (Arab). Istilah bahasa Yunani Philien yag berarti “mencintai” sedangkan philos yang berarti teman, kawan sahabat”. Selanjutnya istilah sophos yang berarti “bijaksana” sedangkan Sophia yang berarti “kebijaksaanan” (Maman Rachman, 2007 : 56).

Bagi orang Yunani kuno, filsafat secara harfiah berati “ cinta kepada kebijaksaan” namun sekarang bisa diartikan mempunyai suatu pandangan, seerangkat pedoman hidup atau pun nilai tertentu (Mark.B. Woodhouse, 2006 :13)

Sedangkan ilmu itu sendiri merupakansalah satu alih bahasa dari “Science” yang berasal dari bahasa latin “scire” artinya “ to know” menurut Titus ( dalam sadullah, 2003 : 43), sain adalah sebagai common suse yang diataur dalam organisasai yang mengadakan pendekatan terhadapa benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode observasi.

Setelah melihat pengertian diatas dapat kita kesimpulkan filsafat ilmu yaitu metode, asumsi dan batasan-batasan ilmu pengetahuan. Adakah metode yang khas dalam ilmu pengetahuan? Apakah perbedaan antara sebuah teori dengan sebuah hukum dalam ilmu pengetahuan?a pakah hakekat penjelasan ilmiah ? apakah kebeabasa manusia selaras dengan ilmu pengetahuan ? (Mark.B. Woodhouse, 2006 :35).

2. Definisi Teknologi

Sebelum kita bahasa tentang hubungan filsafat ilmu dengan teknologi industri, akan dibahasa tentang arti teknologi terlebih dahulu. Dalam Webster dictionary, teknologi “technology” adalah aplikasi IPA atau sains dalam industri, sdangkan teknologi berasala dari kata “teche” yang berarti seni atau ketrampilan. Inii berarti bahwa teknologi merupakan teknologi merupakan kegiatan yang bersifat parktis dengan menggunkan hasil penemuan sains, teori-teori yang dikemukakan dalam sains, untuk dapat mengelola alam serta memberikan kemudahan bagi umat manusia (Anna poedjiadi, 1987 :19).

Teknologi adalah kemampuan menerapkan sesuatu pengetahuan atau kepandaian membuata sesuatu yang berkenaan dengan suatu produk yang berhubungan dengan seni, yang berlandasakan pengetahuan ilmu eksakta bersandarkan pada aplikasi dan implikasi pengetahuan itu sendiri (kamusa besar bahasa Indonesia, 1989) sedangkankan Industri merupakan perusahaan untuk membuat atau menghasilkan barang-barang, pabrik-pabrik besi dan baja.

Aplikasi dan implikasi ilmu terapan dalam kancah teknologi dan seni maupun sarana kegiatan social, membawa dampak mejunjung nilai budaya normative bagi kehidupan manusia dan kemanusiannya. Ilmu, teknologi dan seni sebagai paradigma etika yang mempunyai nilai-nilai bagi kemaslahatan umata berkubang pada kepentingan ilmu, teknologi dan seni itu sendiri. Anatara lain. Antara ilmu, teknologi dan seni terhadapa adapatasi kebudayaan merupakan budi pekerti yang bersifat timbal balik, sehingga pembangunan dan penerapan perlu pengarahan dan penilaian dengan standar norma dapatlah dikatan bahawa, menurut pandangan critical interactionist memberiakn pengarahan dan penilaian yang dimakasud dengan norma itu melalui pengembangan dialogis berdasarkan factual dan nilai dari manusia sebagai obyek maupun subyek.

Hasil penalaran tersebut berfungsi untuk

- Sebagai landasan filosofi ilmu tentang ilmu, teknologi dan seni itu sendiri

- Peramalan terhadap kejadian dimasa kan datang

- Sumber motivasai untuk menguak tabir ketdak tahuan

- Sebagai sumber kebenaran ilmiah

- Sebagai landasan etika pengembangan ilmu,teknologi, dan seni sebagai Kemaslahatan (Maman Rachman, 2006 :200-201)

3. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Teknologi Industri

Setelah jatuhnya kekaisaran ronawi , pengembangan sains dan rekayasa banyak dilksanakan di India dan Cina.

Pembuatan mesin dan alat-alat dari baja di India sangat terkenal pada masa tersebut, pembuatan tembok raksasas, terowongan serta jembatan di Cina patut dicacat dalam sejarah. Disamping itu alkimia juga menyebar dinegara-negar tersebut.

Teknologi mula-mula hanya didasari oleh hasil coba-coba atau “trial and error”, kemudian memerlukan dukungan teori untuk melandasi pengetahuan praktisnya. Akan tetapi sejak akhir abad 18 - awal abad 19, kebanyakan teknologi didasarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari penemuan-penemuan dan teori-teori sains.

Dapatlah dikatan bahwa mula-mula sains dan teknologi berkembang masing-masing tanpa kerjasama dan baru setelah revolusi Industri yang dimulai di Inggris, industri modern berkembang cepat dengan ditandai oleh didirkannnya laboratorium- laboratorium diberbagi Industri.

Keterkaitan antara sain dan teknologi makin erat setelah perang dunia ke 2 dan sains distimulasi oleh problema dan penemuan teknologi, sehinggga sains terapan menjadi berkembang sangat cepat.

TIPE PENEMUAN YANG MENGEMBANGKAN SECARA DINAMIS TEKNOLOGI INDUSTRI

Ada 3 tipe penemuan itu mungkin menjadi suatu perkembangan, sehinggga menjadi kenataan, menurut hematnya, ada hubungannya dengan 3 gerakkkan satu dalam bidang ekonomi dan social dan 2 dalam manusia berfikir yaitu :

1. Kapitalisme dan Revolusi Industri

Perlu kita perghatikan bahwa pelbagai bentuk ekonomi kapitalis sudah dikenal jauh sebelum abad ke 17 dan juga diluar eropa kota-kota pelabuhan dilaut tengan dan kota kota besar lainnya di Asia dan di Eropa. Mengenai bentuk perdaganagan mirip kapilatlisme.

Tetapi kapitalisme dalam arti khas, sebagai suatu system ekonomi yang merovolusi perokonomian dunia, memang lahir di Eropa barat dan utara ( inggris, Belanda, Belgia, Prancis). Dalam abad 17. hakekat kapialisme ialah bahwa tujuan produksi bukanlah konsumsi pihak yang berproduksi, melainkan penambahan modal. Selama berproduksi ekonomis pada hakekatnya dijalankan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Tidak masuk akal untuk berproduksi melebihi kapasitas maksimal. Maka berbeda dengan sistem produksi prakapasitas, kapitalisme secara hakiki, bersifat dinamis, berusaha utuk memperluas produksi, untuk semakin mengusai pasaran.

Penemuan-penemuan teknik modern, mulai dengan penemuan mesin uap oleh James watt, penyediaan sarana-sarna teknis untuk memperluas jangkauan produksi secara dragmatis karena tidak lagi terbatas oleh kekuatan fisik manusia, kda, anjing, sapi dan gajah. Teknik sendiri tidak terlepas dari kemajuan ilmu-ilmu alam, terutama ilmu kimia, fisika dan ilmu ahyat. Dalama abad ini dinamika produksi kapitalis menciptakan suatu ilmu baru, yaitu teknologi yang tidak lagi meneliti alam demi pengetahuan yang diperoleh melainkan demi penerapan pengetahuan itu bagi produksi industrial. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan besar zaman sekarang melibatkan diri dalam penelitian menurut ilmu-ilmu alam ( Franz magnis-Suseno,1992 : 59-60).

2. Penemuan subjektivitas modern

Dengan subjektivitas modern dimaksud bahwa manusia, dalam memandang alam, sesama dan Tuhan, mengacu pada dirinya sendiri. Manusia dalam subjektivitasnya, dengan kesadarannya, dalam keunikan menjadi titik acuan pengertian realistis. Jadi subjektif disini bukan suatu yang negatif melainkan keunggulan. Sedangkan subjek adalah pusat kesadaran, kesadaran akan kesadarn pusat secara kritis melawankan diri terhadap realitas, terhadap dunia. Manusia adalah makhluk yang sadar bahwa sadar dan segala apa yang ada, termasuk dirinya menjadi objeknya menjadi duniany, sesuatu diluar dan berhadapan dengannya yang lain dari padanya. Terhadapnya harus mengambil sikap. Bahwa manusia adalah subjek untuk mengatakan bahwa manusia tak hanya sekedar hadir didunia, melainkan hardir dengan sadar, denagn berfikir, dengan refleksi, dengan mengambil jarak, secara kritis dan bebas.

Subjektivitas modern itu mempunyai beberapa segi yaitu :

a) Subjektivitas modern tolak dari suatau perubahan perspektif manusia yang fundamental.

b) Langkah berikutnya dalam drama perkembangan manusia modern dapat difahami Sebagai jawaban dialektis terhadap humanisme Renaissance yaitu subjektivisme religius.

c) Keyakinan akan hak manusia untuk ikut percaya yang diyakininya, ditampung dan univerlisasaikan secara etis oleh Immanuel kant (1742-1804).

d) Dalam bidang filasafat Politik perhatian pada subjektivitas manusia, menghasilkan Individualisme dan penghargaan tinggi terhadap kebebasan Individu.

e) Dalam berfilsafat pada umumnya subjektivitas modern menempatkan aku manusia pada pusat perhatiannnya (franz magnis-Suseno,1992 : 60-64).

3. Rasionalisme

unsur ketiga dalam ramuan masyarakat modern adalah rasionalisme, dengan rasionalisme dimaksud tuntutan agar sama claim dan wewenang dipertanggung jawabkan secara argumentasi dengan argumen-argumen yang tidak menandai kepercayaan pra pengandaian tertentu , jadi yang dapat diuniversasiakan, mari kita melihat beberapa segi rasionalisme dengan lebih rinci yaitu :

a) Ciri petama rasionalisme adalah kepercayaan pada akal budi manusia.

b) Penolakan terhadap tradisi, dogma, dan otoritas mempunyai dampak segala bidang pengetahuan dan kemudian juga kehidupan masyarakat.

c) Rasionalisme mengembangkan metode baru bagi pengembangan metode baru bagi ilmu pengetahuan yang jelas menunjukkkan ciri-ciri kemodernan

d) Unsur terakhir dalam rasionalisme yang selanjutnya adalah sekularisas yaitu suatu pandangan dasar atau sikap hidup yang dengan tujuan membedakan antara tuhan dan dunia dan menganggap dunia sebagai sesuatu uniawi saja (franz magnis-Suseno,1992 : 65-69).

PERBEDAAAN TEKNOLOGI DENGAN MASALAH MODERNISASI

Memperhatikan itu semua timbul pertanyaan : dimana letak masalah yang langsung berkaitan denagn teknologi dan masalah yang berkaitan dengan modernisasai dimana teknologi menjadi bagaiannnya yaitu :

1. Pesona Teknologi

Yang lansung berkaitan dengan pengembangan teknologi. Bahwa teknologi itu mempesona, itu baik dapat dimengerti, bahkan orang yang sama sekali tidak terpesona oleh teknologi, menurut saya dungu dan tertutup. Pengembangan teknologi, kemajuan teknologi, seakan-akan melegistimasikan dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan. Bagaimana pesona berlebihan teknologi itu dapat dihadapi ? penolakkan total terhadap teknologi kelas tidak merupakan suatu alternatif. Begitu pula harapan Marcase bahwa manusia dapat mengembangkan teknologi yang sama sekali lain, terlihat naïf. Kiranya kita harus bertolak dari pengendalian bahwa teknologi mutlak diperlukkan oleh umat manusia dewasa ini, kita ingat, masalahnya ada 2 level :

a) Dilevel dampak langsung pemakaran teknologi terhadapa lingkunagn hidup alami dan social

b) Bahwa teknologi mengembangkan dinamikanya sendiri seakan-akan asal suatu kebijakkkan sesuai dengan kemajuan teknologi, masalah legitimasi etis tidak muncul lagi (Franz magnis-Suseno, 2005 : 30-31).

2. Modernitas

Akan tetapi kiranya sudah menjadi jelas bahwa banyak keberatan dan ketakutan terhadap teknologi sebenarnya tidak menyangkut teknologi itu sendiri, melainkan dim\namika budaya dan normative masyarakat modern secara keseluruhan, salah satu masalah modernitas terletak pada pendakalan. Supermarkrt dan Mall yang lebih endalam menentang bukanlah dhal-hal dangkal seperti itu melainkan : dapatkah teknologi modern diambil alih tanpamengambil alih budaya yang dari padanya lahir pertanyaan ini mempunyai dua arti :

  1. Kalau sebuah masyarakat atau kelompok dalam masyarakat kelompok fundamentalistik dalam arti tadi, menutup diri sama sekali terhadap yang “asing”, yang “berat” termasuk, misalnya musik seperti Mozart atau Bach, apakah mungkin mereka itu menembail alih secara murni ilmu pengetahuan dan teknik, menjadikannya teknologi, lalu memilki, mengusai dan barang kali bahkan mengembangkan seterusnya ? saya meragukan kemunkinan itu.
  2. Pertanyaan itu sehubungan dengan aliran-aliran besar seperti rasionalisme sekularisme dan humanisme.Maka sikap yang menurut hemat saya salah adalah yang terlalu curiga, yang seakan-akan dari luar mau memilah-milah mana yang betul dan mana yang salah dalam modernisasai. Kita harus terlibat sendiri didalamnya sehingga mamapu mengarahkan dari dalam.

PENGARUH POSITIF DAN NEGATIF PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI

1. Pengaruh Positif

Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah – masalah moral, namun dalam perspektifnya yang berbeda. Teori yang diajukan Copernicus ( 1473 – 1543 ) tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa bumi yang berputar mengelilingi matahari, dan bukan sebaliknya seperti yang diajarkan dalam ajaran agama, sehingga timbul interaksi antara ilmu dan moral yang bersumber pada agama yang berkonotasi metafisik. Ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan dipihak lain terdapat keinginan ilmu berdasarkan kepada pernyataan – pernyataan yang terdapat dalam ajaran – ajaran diluar bidang keilmuan diantaranya agama. Maka munculah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik, ini yang berakumulasi pada pengadilan inkuisisi Galileo pada tahun 1633. Galileo oleh pengadilan agama tersebut dipaksa untuk mencabut pernyataaanya bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.

Konflik ini bukan terjadi dalam ilmu – ilmu alam, tetapi juga ilmu –ilmu sosial, dimana berbagai ideologi mencoba untuk mempengaruhi metafisik keilmuan.

Kajian diarahkan pada : Masalah teknologi yang mengakibatkan proses dehumanisasi antara lain dalam hasil kemajuan teknologi berupa Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan bahan bakar batu bara. Apabila ditinjau dari hasil pembangunan tersebut sepintas kita dapat merasakan manfaat yang besar bagi kebutuhan hidup manusia di zaman modern ini berupa tersedianya energi listrik untuk memenuhi kebutuhan primer masyarakat kota maupun masyarakat pedesaan. Ketersediaan energi tersebut dapat langsung setiap orang merasakan kemudahan untuk melaksanakan kehidupan sehari – hari antara lain untuk :

Lampu penerangan, radio, televisi, sistem penyegaran udara, alat memasak dan lain – lain. Dengan tersedianya lampu penerangan akan mempengaruhi pola hidup masyarakat serta budaya, dimana memungkinkan manusia untuk menggali ilmu pengetahuan dalam perspektif yang lebih luas. Dengan tersdianya energi listrik dapat mendorong terlaksananya abad informasi, dimana lewat radio dan televisi kita dapat merasakan dan menikmati kejadian – kejadian ditempat lain yang relatif jauh dengan jarak ribuan bahkan puluhan ribu kilometer dalam waktu yang hampir bersamaan, hanya dengan selisih waktu dalam ukuran detik. Sudah barang tentu informasi tersebut diatas akan sangat mempengaruhi budaya manusia diseluruh dunia, dimana hal tersebut adalah sesuatu yang mustahil bisa dinikmati 100 tahun yang lalu.

Dengan ketersedian energi listrik, telah mamacu sektor industri yang sebenarnya telah dimulai revolusi pada abad ke- 18. Perkembangan sektor industri tersebut telah sangat mempengaruhi pola pikir dan perilaku manusia itu sendiri, perkembangan industri ini ternyata telah memberikan manfaat yang sebesar – besarnya bagi kemakmuran dan kemudahan manusia. Dengan bergesernya nilai – nilai perilaku masyarakat industri ini, maka telah mengubah perilaku dari masyarakat tradisonal ke masyarakat modern. Manusia mampu mengaktualisasikan jati dirinya secara optimal dengan bekerja lebih efektif dan efisien karena ditunjang oleh sarana dan prasarana modern. Pelaku bisnis dapat bernegosiasi dan membuat transaksi dengan jarak ribuan kilometer dalam waktu yang sangat singkat, karena para pelaku bisnis tidak perlu pergi kesatu benua atau benua lainnya untuk melaksanakan transaksi tersebut. Hal ini dimungkinkan karena telah majunya teknologi informasi yaitu berupa teleconference, E- mail, telephone, facsimili dan lain – lain. Perkembangan teknologi informasi, baik piranti lunaknya maupun piranti kerasnya sangat membantu untuk kemakmuran manusia itu sendiri, inilah yang disebut dampak positifnya.

2. Pengaruh Negatif

Namun problematik yang muncul dari perkembangan teknologi energi dan teknologi informasi tersebut antara lain : tergusurnya penduduk yang sudah menempati tempat kehidupannya sejak beberapa keturunan, leluhur yang selama ini dianggap sehingga akan menggeser norma – norma tradisional yang sudah kental dimilikinya, budaya tradisional akan bergeser ke kehidupan modern yang secara keseluruhannya belum tentu memberikan manfaat yang sebesar – besarnya bagi penduduk yang tergusur tersebut.

Revolusi ilmu pengetahuan dan revolusi industri meningkatkan kesejahteraan manusia namun juga mengakibatkan sebagian manusia meninggalkan kebudayaan tradisonal menuju kehidupan modern ynag secara keseluruhan belum tentu menguntungkan. Sehingga dengan revolusi industri mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan , sebagai contoh dengan menipisnya lapisan ozon yang diakibatkan dari produksi hasil proses pembakaran. Menipisnya lapisan ozon tersebut berdampak kepada pengaruh cuaca global, dengan kenaikan temperatur atmosfir rata – rata karena ozon berfungsi sebagai pelindung dari radiasi sinar matahari. Dari hasil gas buang suatu PLTU tersebut diatas juga menghasilkan gas asam sulfat sehingga mengakibatkan hujan asam dan sebagai dampak negatif lainnya terjadi pencemaran lingkungan dalam bentuk abu hasil pembakaran yang menyebar sampai dengan jarak puluhan kilometer.

Obyektifitas dalam ilmu pengetahuan yang merupakan suatu masalah untuk mencari nilai – nilai kebenaran dalam ilmu pengetahuan akan berkembang terus dengan segala problematiknya seiring dengan berjalannya waktu. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan akan selalu mempunyai dampak positif maupun negatif bagi kehidupan manusia di bumi ini.

3. Pengaruh Teknologi Terhadap Pekerjaan

Penggunaan teknologi dalam kilang, pejabat dan sektor perkhidmatan telah mencetuskan kebimbangan pekerja bahawa mereka akan digantikan oleh peralatan. Namun berdasarkan pencapaian negara-negara seperti Amerika Syarikat dan Jepun, kebimbangan tersebut nampaknya tidak berasas. Merujuk kepada "1994 White Paper of the European Commision on Growth, Competitiveness, and Empoyment " antara 1970 dan 1992, ekonomi Amerika Syarikat bertumbuh 70% sementara pekerjaan bertumbuh 49%. Ekonomi Jepan bertumbuh sebanyak 173%, dengan pertumbuhan pekerjaan 25%. Di samping itu, antara 1993 dan 1996, apabila kebanyakan negara Eropah mempunyai kadar pengangguran yang tinggi, Amerika Syarikat yang menggunakan teknologi maklumat dalam pejabat dan kilang, telah menghasilkan lebih lapan juta pekerjaan baru(Castells, 1996).

Ahli teori perdagangan (Trade theorists) berhujah bahawa potensi pengurangan pekerjaan sebagai kesan penggunaan teknologi maklumat akan wujud sekiranya ;

- Pengembangan dalam permintaan tidak diseimbangi peningkatan dalam produktiviti buruh; dan

- Tiada tindak balas institusi untuk mengurangkan masa pekerjaan dan bukannya pekerjaan sendiri.

Menurut Castells, tiada struktur hubungan yang sistematik di antara penggunaan teknologi maklumat dengan evolusi pekerjaan dalam ekonomi secara keseluruhannya. Sesetengah pekerjaan semakin tidak penting tetapi terdapatnya pekerjaan baru yang kian meningkat. Namun kuantiti hubungan di antara kerugian dan keuntungan tersebut berbeza di antara firma, industri, sektor, wilayah dan negara. Ia bergantung kepada keupayaan saing, strategi firma, dasar kerajaan, persekitaran institusi dan kedudukan relatif dalam ekonomi global.

Menurut Organization for Economic Cooperation and Development(OECD), pada awal abad ke-21, dijangkakan akan terdapat peningkatan pekerjaan bagi negara-negara tersebut : Amerika Syarikat, 1992-2005, akan mengalami peningkatan pekerjaan bersih 24 juta(peningkatan 19% sepanjang tempoh), Jepun, 4 juta(peningkatan 6%); dan Kesatuan Eropah lebih kurang 10 juta(peningkatan 6-7%). Namun unjuran ini adalah amat sensitif kepada kepelbagaian dalam andaian yang digunakan. Pertama sekali, evolusi tahap pekerjaan tidak diberi. Ia amat bergantung kepada tahap penggunaan teknologi tersebut oleh masyarakat, atas dasar penghijrahan, evolusi keluarga, pengagihan tempoh pekerjaan dalam hidup dan sistem baru dalam perhubungan industri.

Justeru itu, teknologi tidak akan menyebabkan pengangguran walapun ia secara nyatanya mengurangkan tempoh kerja per unit pengeluaran. Namun begitu, tidak dapat dinafikan bahawa ia akan membawa kepada pengasingan jenis pekerjaan yang lebih nyata terutamanya pekerjaan yang bersabit dengan maklumat dan pekerjaan yang tidak.

Etos intrisik dari teknologi

Dengan demikian, dalam perspektif yang dilukiskan tadi tujuan Praksis sebagai keseluruhan tampak sebagai keseluruhan tampak sebagai pelayanan manusia kepada manusia, guna menciptakan bagi semua manusia orang peluang seluas mungkin untuk mengembangkan dirinya seutuhnya. Menurut kodratnya teknologi bertujuan membebaskan manusia dari urusan-urasan materialnya dan dalam hal ini ia memang semakin berhasil. Bukan saja karena dengan menerapkan metode-metode teknologi produksi dapat ditingkatkan terus, tapi juga karena berkat perkembangan teknologi semakin banyak fungsi yang dulu dijalankan oleh manusia dan kini diambil alih oleh mesin. Karena itu andil manusia dalam proses produksi semakin bergeser kearah fungsi-fungsi yang khsa manusiawi, yaitu kreativitas dan pengusaan. Fungsifungsi kahs manusiawi itu sekarang mendapat peluang sepenuhnya. Karena teknologi telah membebaskan manusia dari pekerjaan rutin, manusia sendiri semakin bebas untuk pekerjaan kreatif yang memungkinkan dia mengembangkan dirinya dengan lebih baik. Dan hal itu berlaku baik bagi andilnya dalam proses produksi maupun bagi andil kehidupannya yang dsita oleh proses produksi. (Prof. Dr.A.G.M. Van Melsen, 1985 : 110-111).

PENUTUP

1. Kesimpulan

Problematik tentang ilmu pengetahuan akan selalu muncul ke permukaan seiring dengan berjalannya waktu. Perkembangan ilmu pengetahuan demikian maju pesatnya terutama pada abad ke- 20 yang merupakan abad teknologi yang dilanjutkan dengan abad informasi telah membawa kemakmuran dan kemudahan bagi kehidupan manusia.

Dampak positif dengan contoh pembangunan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan bahan bakar batu bara tersebut diatas adalah memberi kemudahan bagi kehidupan manusia perkotaan maupun yang tinggal di pedesaan. Hal tersebut telah dapat merubah budaya suatu bangsa manuju masyarakat global. Salah satu dampak positif yang dapat dirasakan antara lain semakin cerdasnya masyarakat yang disertai dengan kenaikan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan, Namun demikian tidak dapat luput dari dampak negatifnya. Dampak negatif yang dirasakan antara lain berupa menurunya nilai – nilai tradisional yang telah terbukti memiliki moral yang tinggi dan ketenangan masyarakat. Persoalan mendatang pada abad ke- 21 dan milenium ke- 3 dimana yang dominan adalah unsur informasi, seiring dengan segala kemajuan tersebut akan muncul problematik atau permasalahan – permasalahan tentang obyektifitas dalam perkembangan ilmu pengetahuan akan terus berkembang seiring dengan perjalanan manusia di muka bumi ini.

Kesimpulan lain dapat kita ambil dari makalah yang sudah dibahas diatas yaitu antara lain :

  1. Timbulnya teknologi industri, berawala dari akar dari ilmu dan teknologi industri dewasa ini.
  2. Ternyata Teknologi mula-mula hanya didasari oleh hasil coba-coba atau “trial and error”, kemudian memerlukan dukungan teori untuk melandasi pengetahuan praktisnya.
  3. Pengembangan teknologi, kemajuan teknologi, seakan-akan melegistimasikan dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan. Bagaimana pesona berlebihan teknologi itu dapat dihadapi.
  4. Teknologi Industri membuat pengaruh baik da buruk pula, terutama mengenai etos kerja manusia.
  5. Perkembangan teknologi industri menambah jumlh pengangguran dinegara-negara maju, karena beralih fungsui dengan menggunakan tenaga mesin.

2. Saran

Setelah kita mengambil kesimpulan tentang pembahasan makalah diatas, maka ada beberapasaran yang bisa melengkapiatupun memperdalam pembaasan makalah diatas. Diantaranya adalah :

  1. Sebaiknya penggunakaan teknologi tidak usah terlalu berlebihan yang akibatnaya akan menamabah tak percaya diri dengan kemampuan yang kita milki.
  2. Perlunya ada pengembangan yang lebih luas dan mendalam sehingga tercipata teknologi-teknologi yang baru
  3. Adnya pengembangan yang dilakukan sejak dini seperti dinegara-negara maju secara merata.
  4. Pentingnya menjaga ekosistem akar terjadi keseimbangan antara teknologi dengan alam sekitar.
  5. Ada budaya untuk bisa menemukan sesuatua yang baru bagi para generasi mida terutama para ilmuan.

Semoga makalah ini bisa menjadi suatu wawasan sebagai cara pandang manusia tentang datanganya teknologi yang merupakan bagian dari penemuan manusia yang mempunyai faktor positif dan faktor negatif.

Bagimana menerima sesuatu yag baru sebagi perubahan yang bisa membawa kemaslahatan bagi kehidupan orang banyak dan jangan diperbudak dengan datangannya teknologi yang bisa membuat kita lemah dalam melakukan sesuatu.

DAFTAR PUSTAKA

Melsen, A.G.M Van.1985. Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta : PT Gramedia

Poedjiadi, Anna.1987. Sejarah Dan Filsafat Sains. Jakarta : Departemen pendidikan dan Budaya.

Setjiatmodjo, Pranjoto. Filsafat Ilmu Pengetahuan . Jakarat : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit KANISIUS

Suriasumatri.Jujun.S.1987. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta : yayasan Obor Indonesia dan LEKNAS-LIPI

Suseno, Franz Magnis.1992. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta : Penerbit KANISIUS

Suseno, Franz Magnis.2005. Pijar-Pijar Filsafat. Yogyakarta : Penerbit KANISIUS

Woodhouse, Mark.B.2006. Berfilsafat : Sebuah Langkah Awal. Yogyakarta : Penerbit KANISIUS

Rachman, Maman.dkk.2006. Filsafat Ilmu. Semarang : UPT MKU UNNES (Universitas Negeri Semarang)

Karimi,Ahmad Faizin.2007. Ilmu Pengetahuan; Anugerah Ataukah Bencana?. http://ahmadfk.wordpress.com

Gaos,Yogi Sirodz.2002. Problematik Tentang Objektivitas Dalam Ilmu Pengetahuan: Suatu Kajian Atas Pencemaran Lingkungan http://tumoutou.net.

Wah, Ho Lip.2007. Pengaruh Teknologi Maklumat Ke Atas Kehidupan http://www.hbp.usm.my/methods

0 komentar: